Minggu, 26 September 2010
Setitik air sebutir padi
pena menulis di lembar kertas
belembar -lembar mengiringi sayap
selalu ada perlawanan dan perjuangan
Inilah hidup kawan
ada daging ada tulang
bumi merintih memanggil tebingnya yang menjulang
berlapis -lapis gemunung
di balik kabut yang selalu tafakur
yang besubuh di sejadah sepi
ada sesuatu yang tak terukur
sejenis kelembutan tapi bergigi
Aku belajar mengeja sepi
mengeja sunyi
agar darahku
menderiskan api
yang akan menuju titik
lubang yang abadi
Saat sunyi bersilang doa
serintis Asma-Nya menyayat langit
Melahirkan hening hakiki
Hening bulan yang kini
bukan yang dulu bukan yang nanti
yang tak terulang lagi
0 Comments:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)